ECG HT |
Anamnesis
Dari penderita
( auto anamnesis ) atau keluarga penderita (allo anamnesis ), kita berharap
mendapat keterangan tentang keadaan pasien sebagai manifestasi kelainan yang
berkaitan dengan gejala yang dialami oleh pasien, yaitu :2
-
Identitas pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah untuk data rekam medis.
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah untuk data rekam medis.
-
Keluahan Utama
Dalam
mendapatkan anamnesis dari pasien yang kolaps, penting untuk menentukan adakah
kehilangan kesadaran atau tidak.
Penjelasan
terinci mengenai kolaps harus didapatkan dari pasien dan setiap saksi yang
ada.Yang perlu kita tanyakan pada pasien atau saksi mata yang melihat pasien
kolaps adalah :
·
Kapan dan dimana pasien kolaps?
·
Apa yang sedang dilakukan pasien?
·
Apa yang dirasakannya tepat sebelum
episode?
·
Adakah gejala prodromal?
·
Apakah terjadi setelah berdiri, batuk
hebat, mual?
·
Berapa lama yang dibutuhkan pasien untuk
pulih?
·
Apakah pasien tidak sadar?
·
Selama berapa lama dia tidak sadar?
·
Adakah gejala yang menunjukkan
kehilangan darah?
Ingatan
yang baik mengenai episode tersebut menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami
penurunan kesadaran.Cedera yang signifikan menandai tak adanya peringatan dan
seringkali disertai penurunan kesadaran. Adakah gejala lain misalanya mual,
berkeringat, palpitasi, nyeri dada, sesak napas dan sebagainya? Adakah gerakan
konvulsif?Menggigit lidah. Inkontinensia urin?2
Carilah
observasi terperinci dari saksi mengenai peristiwa sebelum, selama, dan setelah
kolaps, anamnesis yang perlu kita tanyakan
adalah :2
·
Apa warna tubuh pasien sebelum, selama,
dan sesudah serangan?
·
Apakah pasien tampak pucat, kemerahan,
kebiruan, berkeringat?
·
Apakah denyut nadi pasien selama serangan
teraba?
-
Riwayat
Penyakit dahulu
Adakah
riwayat penyakit kardiovaskuler, penyakit neurologis?Apakah pasien menggunakan
pacu jantung?Adakah riwayat epilepsy?
-
Riwayat
pengobatan
Apakah
pasien mengkonsumsi obat (khususnya yang menyebabkan hipotensi)?Apakah pasien
peminum alcohol?
-
Penyelidikan
fungsional
Sangat
penting untuk menentukan adanya penyakit kardiovaskular sehingga harus
dilakukan penyelidikan fungsional lengkap untuk mencari gejala seperti
palpitasi, nyeri dada, sesak napas, dan sebagainya.
-
Riwayat
keluarga
Riwayat
kematian mendadak di keluarga bisa menunjukkan adanya sindrom QT panjang atau
kardiomiopati turunan.
Pemeriksaan
v Pemeriksaan fisik
Yang
perlu diperhatikan saat kita melakukan pemeriksaan fisik pada pasien adalah :3
-
Apakah pasien tampak sakit ringan atau
berat?
-
Sudahkah pasien pulih sempurna?
-
Adakah syok, hipotensi, atau deficit
neurologis yang berlanjut?
Selain
itu, Pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan dengan perhatian khusus pada
denyut nadi, TD termasuk pengukuran postural, adanya murmur jantung, dan setiap
tanda neurologis.3
Tabel
1.Dignosis Banding kolaps
Kejang
|
Sinkop vagal
|
Penyebab dari jantung
|
|
Pemicu
|
Tidak ada(cahaya
stroboskopik)
|
Nyeri, olahraga, stress
berdiri lama
|
Tidak ada
|
Gejala pendahuluan
|
Adakah aura?
Tidak ada
|
Berkeringat, mual
|
Tidak ada, nyeri dada,
palpitasi
|
Selama serangan
|
Gerakan ritmik,
inkontinensi urin, menggigit lidah
|
Pucat, jarang bergerak
|
Pucat, jarang bergerak
|
Setelah serangan
|
Disorientasi, adakah
cedera, tidak sadar >5 menit, nyeri otot
|
Jarang cedera
|
Adakah cedera
|
Pengujian sinus karotid
juga dapat membantu.Selain itu, penilaian keseimbangan, seperti dengan uji
Romberg tandem, mungkin berguna dalam termasuk penyebab alternatif jatuh.2
Selain
takikardia, temuan Ventikel takikardi umumnya mencerminkan tingkat
ketidakstabilan hemodinamik. Tanda-tanda dibawah ini dapat juga membantu dalam
pemeriksaan fisik untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada irama jantung,
yaitu :2
- Tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)
- Hipotensi
- Hipoksemia
- Distensi vena jugularis
- Rales
- Perubahan status mental
- Kegelisahan
- nAgitasi
- Kelesuan
- Koma
- Tanda-tanda halus disosiasi AV
- meriam gelombang dalam nadi jugularis
- Variabel intensitas suara jantung pertama
- Beat-untuk-mengalahkan perubahan tekanan darah sistolik.
v Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dari
ventrikel takikardi adalah :1
a. EKG
: Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakantipe/sumber
gangguan irama jantung dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b.Monitor
Holter : gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana
gangguan irama jantung timbul. Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Rontgen
dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup.
d.
Scan pencitraan
miokard : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan
pompa.
e. Tes
stress latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan gangguan irama jantung.
f. Elektrolit
: Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan
gangguan irama jantung.
g.Pemeriksaan
obat : Dapat menyatakan toksisitas jantung, adanya obat jalanan atau dugaan
interaksi obat, contoh digitalis, quinidin dan lain-lain.
h.Pemeriksaan
tiroid : Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebabkan
/meningkatnya gangguan irama jantung.
i. Laju
Sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut/aktif, contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus untuk gangguan irama jantung. 1
VT |
Diagnosis
Kerja
Takikardia
ventrikel adalah disritmia ventrikel yang terjadi ketika kecepatan denyut
ventrikel mencapai 160-250 kali per menit.
Dengan tingkat waktu pengisian yang terbatas ini, volume sekuncup akan
berkurang atau tidak ada.1-4
Sebelum
melanjutkan pembahasan tentang takikardia ventrikel, pada kesempatan ini akan
dibahas dahulu mengenai aritmia.
Kriteria
Irama sinus normal:
·
Irama : interval P-P teratur, interval
R-R teratur.
·
Frekuensi : 60 – 100 kali/menit
·
Gelombang P : normal, setiap P selalu
diikuti gelombang QRS, T
·
Interval PR : normal (0,12 – 0,20 detik)
·
Kompleks QRS : normal (0,06 – 0,10
detik).
Secara
umum aritmia adalah irama yang berasal bukan dari nodus SA, irama yang tidak
teratur sekalipun ia berasal dari nodus SA (misalnya sinus aritmia),
frekuensinya kurang dari 60x/menit (sinus bradikardia) atau lebih dari
100x/menit(sinus takikardia), serta ada hambatan impuls supra atau
intraventrikular. Sehingga jelaslah bahwa untuk membaca irama jantung,
disamping frekuensi dan teratur atau tidaknya, harus dilihat juga tempat asal
(fokus) irama tersebut. Nodus SA merupakan
focus irama jantung yang paling dominan, sehingga pada umumnya irama jantung
adalah irama sinus. Bila nodus SA tidak dapat lagi mendominasi focus lainnya,
maka irama jantung akan ditentukan oleh focus lainnya itu. Focus irama ini
menjadi dasar dari klasifikasi aritmia.3
Beberapa
sifat sistem konduksi jantung dan istilah-istilah yang penting untuk pemahaman
gangguan irama jantung :
-
Periode
refrakter
Dari awal depolarisasi hingga awal
repolarisasi sel-sel miokard tidak dapat menjawab stimulus baru yang kuat
sekalipun.Periode ini disebut periode refrakter mutlak.Fase selanjutnya hingga
hampir akhir repolarisasi, sel-sel miokard dapat menjawab stimulus yang lebih
kuat.Fase ini disebut fase refrakter relatif.
-
Blok
Blok
ialah perlambatan atau penghentian penghantaran impuls.
-
Pemacu
ektopik atau focus ektopik
Pemacu ektopik atau fokis ektopik ialah
suatu pemacu atau focus di luar sinus. Kompleks QRS yang dipacu dari sinus
disebut kompleks sinus. Kompleks QRS yang dipacu dari focus ektopik disebut
kompleks ektopik, biasa berupa kompleks atrial, kompleks penghubung –AV atau
kompleks ventricular.
-
Konduksi
tersembunyi
Hal ini terutama berhubungan dengan
simpul AV yaitu suatu impuls yang melaluinya tak berhasil menembusnya hingga
ujung yang lain, tetapi perubahan-perubahan akibat konduksi ini tetap terjadi,
yaitu terutama mengenai periode refrakter.
-
Re-entri.
Suatu keadaan dimana suatu impulas yang sudah keluar dari suatu jalur konduksi, melalui suatu jalan lingkar masuk kembali ke jalur semula. Dengan demikian bagian miokard yang bersangkutan mengalami depolarisasi berulang.
Suatu keadaan dimana suatu impulas yang sudah keluar dari suatu jalur konduksi, melalui suatu jalan lingkar masuk kembali ke jalur semula. Dengan demikian bagian miokard yang bersangkutan mengalami depolarisasi berulang.
-
Mekanisme
lolos.
Suatu kompleks lolos ialah kompleks
ektopik yang timbul karena terlambatnya impuls yang datang dari arah
atas.Kompleks lolos paling sering timbul di daerah penghubung AV dan ventrikel,
jarang di atria. Jelas bahwa mekanisme lolos ialah suatu mekanisme penyelamatan
system konduksi jantung agar jantung tetap berdenyut meskipun ada gangguan
datangnya impuls dari atas.1
Klasifikasi aritmia
Pada umumnya aritmia
dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu (Pratanu, 2000):3
Gangguan pembentukan
impuls
Gangguan ini dapat
terjadi secara aktif atau pasif.Bila gangguan rangsang terbentuk secara aktif
sering menimbulkan gangguan irama ektopik, dan bila terbentuk secara pasif
seringmenimbulkan irama lolos.
Gangguan pembentukan
impuls meliputi:
·
Gangguan pembentukan impuls di sinus
1. Takikardia sinus
2. Bradikardia sinus
3. Aritmia sinus
4. Henti sinus
1. Takikardia sinus
2. Bradikardia sinus
3. Aritmia sinus
4. Henti sinus
·
Pembentukan impuls di atria
1. Ekstrasistol atrial
2. Takikardia atrial
3. Gelepar atrial
4. Fibrilasi atrial
5. Pemacu kelana atrial
1. Ekstrasistol atrial
2. Takikardia atrial
3. Gelepar atrial
4. Fibrilasi atrial
5. Pemacu kelana atrial
·
Pembentukan impuls di penghubung AV
(Aritmia penghubung)
1. Ekstrasistol penghubung
2. Takikardia penghubung
3. Irama lolos penghubung
1. Ekstrasistol penghubung
2. Takikardia penghubung
3. Irama lolos penghubung
·
Pembentukan impuls di ventrikel (Aritmia
Ventrikuler)
1. Ekstrasistol ventrikuler(denyut ventrikel prematur)
1. Ekstrasistol ventrikuler(denyut ventrikel prematur)
Secara
umum, ekstrasistol yang sering terjadi tetapi tidak berlandaskan penyakit
jantung tertentu, prognosisnya baik dan risiko kematian mendadak kecil.
2. Takikardia ventrikuler
2. Takikardia ventrikuler
Disebut
takikardia ventrikel bila dijumpai 3 atau lebih ekstrasistol ventrikel
berturut-turut (denyut nadi >100 /menit)
3. Gelepar ventrikuler
4.Fibrilasi ventrikuler
5.Henti ventrikuler
6. Irama lolos ventrikuler
3. Gelepar ventrikuler
4.Fibrilasi ventrikuler
5.Henti ventrikuler
6. Irama lolos ventrikuler
- Gangguan Penghantaran Impuls
Kelainan
irama jantung yang disebabkan oleh hambatan pada hantaran (konduksi) aliran
impuls disebut blok.
Gangguan penghantaran impuls meliputi:
a. Blok sino-atrial
b. Blok atrio-ventrikuler
c. Blok intraventrikuler
Gangguan penghantaran impuls meliputi:
a. Blok sino-atrial
b. Blok atrio-ventrikuler
c. Blok intraventrikuler
- Berdasarkan keparahannya
a. Aritmia minor – tidak memerlukan
penanganan segera dan umumnya tidak mempengaruhi sirkulasi. Mereka hanya
mencerminkan iritabilitas dari jantung.
b. Aritmia major – mengurangi efisiensi
dari jantung atau tanda dari ancaman bahaya dan memerlukan pengobatan yang
cepat.
c. Aritmia yang mematikan atau lethal
arrhythmias- memerlukan resusitasi segera untuk mencegah ancaman kematian
seperti ventrikel takikardia, ventrikel fibrilasi, ventrikuler asistol,
Pulseless Electrical Activity(PEA), Torsade de Pointes (Latief, 2005).
- Untuk memudahkan penilaian klinis,
aritmia dapat dibagi menjadi:
a. Takiaritmia, yaitu aritmia dengan frekuensi ventrikel > 100 /menit
b. Bradiaritmia, yaitu aritmia dengan frekuensi ventrikel < 60/menit.3
a. Takiaritmia, yaitu aritmia dengan frekuensi ventrikel > 100 /menit
b. Bradiaritmia, yaitu aritmia dengan frekuensi ventrikel < 60/menit.3
Kepastian
diagnosis Vetrikel Takikardi
Dengan
melakukan pemeriksaan EKG dengan gambaran sebagai berikut;
·
Durasi
dan morfologi kompleks QRS,
pada
VT urutan aktivasi tidak mengikuti arah konduksi normal sehingga bentuk
kompleks QRS menjadi panjang (biasanya lebih dari 0,12 s). pedoman umum yang
berlaku adalah semakin lebar kompleks QRS semakin besar kemungkinannya suatu
VT, khususnya bila lebih dari 0,16 s. pengecualian adalah VT yang berasal dari
fasikel posterior berkas cabang kiri (idiophatic left ventricular tachycardia)
yng memiliki kompleks QRS <0,12 s karena padaVT jenis ini lokasi reentry
dekat dengan septum interventrikel seperti konduksi normal.
Morfologi
kompleks QRS bergantung pada asal focus VT. Bila berasal dari ventrikel kanan
akan memberikan gambaran morfologi blok berkas cabang kiri (left bundle block
morphology) dan jika berasal dri ventrikel kiri akan menunjukkan gambaran blok
berkas cabang kanan (Right bundle brnch block morphology). Kalau morfologi QRS
adalah RBBB maka takikardi adalah VT jika morfologi kompleks QRS adalah
monomorfik atau bifasik. Jika morfologi QRS adalah LBBB maka akan menguatkan
diagnosis VT jika adanya takik gelombang S atau nadir S lambat >70
milidetik.
·
Laju
dan irama,
laju VT berkisar antara 120-300 kali
permenit dengan irama yang teratur atau hampir teratur (variasi antardenyut
adalah <0,04 s). jika takikardia disertai irama yang tidak teratur maka
harus dipikirkan adanya AF dengan konduksi aberan atau preeksitasi.
·
Aksis
kompleks QRS,
aksis kompleks QRS tidak hanya penting
untuk diagnosis tapi juga untuk menentukan asal focus. Adanya perubahan ksis
lebih dari 40 derajat baik ke kiri maupun ke kanan umumnya adalah VT. Kompleks
QRS pada sadapan aVR berada pada posis -210 derajat dengan kompleks QRS
negative. Bila kompleks QRS menjadi positif saat takikardia sangat menyokong
adanya VT yang berasal dari apeks mengarah ke bagian basal ventrikel.Aksis ke
superior pada takikardia QRS lebar dengan morfologi RBBB sangat menyokong ke
arah VT.Adanya takikardia QRS lebar dengan aksis inferior dan morfologi LBBB
mendukung adanya VT yang berasal dari right ventricular outflow track.
·
Disosiasi
antara atrium dan ventrikel, pada VT nodus sinus
terus memberikan impuls secara bebas tanpa ada hubungan dengan aktivitas
ventrikel sehingga gelombang P yang muncul tidak berkaitan dengan kompleks QRS.
Adanya disosiasi AV sangat khas untuk VT walaupun adanya asosiasi AV belum
dapat menyingkirkn VT. Secara klinis disosiasi AV dapat dikenal dengan adanya
variasi bunyi jantung satu dan variasi TDS.
·
Capture
beat dan fusion beat, kadang-kadang saat berlangsungnya VT,
impuls dari atrium dapat mendepolarisasi ventrikel melalui system konduksi normal
sehingga memunculkan kompleks QRSyang lebih awal dengan ukuran normal (sempit).
Keadaan ini disebut capture beat. Fusion beat terjadi bila impuls dari nodus
sinus dihantarkan ke ventrikel melalui nodus atrioventrikular dan bergabung
dengan impuls dari ventrikel.
Capture
beat dan fusion beat jarang ditemukan dan sangat khas untuk VT .
·
Konfigurasi
kompleks QRS, adanya kesesuaian dari kompleks QRS
pada sadapan dada sangat menyokong diagnosis VT. Kesesuaian positif kompleks
QRS pada sadapan dada dominan positif menunjukkan asal focus takikardi dari
dinding posterior ventrikel. Kesesuaian negative kompleks QRS pada sadapan dada
negative menunjukkan asal focus dari dinding anterior ventrikel.
Penting
diingat untuk selalu membuat EKG lengkap 12 sadapan saat dan sesudah
takikardia.3
Diagnosis Banding
a. Takikardia
supraventrikel (SVT) dengan konduksi aberan
Pada
keadaan SVT biasa maka konduksi dari atrium ke ventrikel melalui jalur
konduksinormal sehingg kompleks QRS akan normal. Namun secara fisiologis dapat
terjadi hambatan/blok pada salah satu berkas cabang(kiri atau kanan)karena
adanya perbedaan masa refrakter diantara keduanya.kedaan in disebut konduksi
aberans. Karena adanya hambatan berkas cabang maka kompleks QRS akan lebar
seperti keadaan LBBB atau RBBB biasa.
b. Takikardia
supraventrikel (SVT) dengan konduksi melalui jaras tambahan
Bila
terdapat jaras tambahan yang melintas jalur konduksi normal dari atrium ke
ventrikel, maka pada saat takikardi supraventrikel (SVT), vebtrikel diaktivasi
tidak melalui jalur konduksi normal sehingga ventrikel mengalami aktivitas
dini(preeksitasi). Akibatnya kompleks QRS akan terlihat melebar.
c. Takikardia
supraventrikel (SVT) pada keadaan hambatan berkas cabang yang sudah ada
Bila
pada keadaan irama sinus sudah terdapat gambaran hambatan berkas cabang maka
saat timbul SVT kompleks QRS akan terlihat lebar seperti pad keadaan sinus.
Oleh karena itu, sangat penting untuk membandingkan EKG sebelum dengan pada
saat takikardia.3
d.
Fibrilasi
Ventrikel (VF)
Fibrilasi ventrikel merupakan keadaan
terminal dari aritmia ventrikel yang ditandai oleh kompleks QRS, gelombang P,
dan segmen ST yang tidak beraturan dan sulit dikenali.VF merupakan penyebab
utama kematian mendadak.
Penyebab utama VF adalah infark miokard
akut, blok AV total dengan respons ventrikel sangat lambat, gangguan elektrolit
(hipokalemia dan hiperkalemia), asidosis berat, dan hipoksia. Salah satu
penyebab VF primer yang sering pada orang dengan jantung normal adalah sindrom
Brugada. Pada keadaan ini terjadi kelainan genetik pada gen yang mengatur kanal
natrium (SCN5A) sehingga tercetus VF primer. Angka kejadiannya tinggi pada
populasi Asia dan kelompok laki-laki usia muda. Pada EKG permukaan saat irama
sinus ditemukan adanya gambaran RBBB inkomplit dengan elevasi ST di sadapan
V1-V3.VF akan menyebabkan tidak adanya curah jantung sehingga pasien dapat
pingsan dan mengalami henti napas dalam hitungan detik. VF kasar (coarse VF) menunjukkan aritmia ini baru
terjadi dan lebih besar peluangnya untuk determinasi dengan
defibrilasi.Sedangkan VF halus (fine VF)
sulit dibedakan dengan asistol dan biasanya sulit dideterminasi. Penanganan VF
harus cepat dengan protokol resusitasi kardiopulmonal yang baku meliputi
pemberian unsynchronized DC shock
mulai 200 J sampai 360 J dan obat-obatan seperti adrenalin, amiodaron, dan
magnesium sulfat.4
e. Torsades
De Pointes
Istilah TDP (dalam bahasa perancis
berarti berputar-putar mengelilingi satu titik) adalah suatu bentuk takikardi
ventrikel yang ditandai oleh beberapa perubahan bentuk dan arah (aksis) komplek
QRS dalam satu beberapa denyutan (beat).
Penyebab tersering TDP adalah adanya
pemanjangan interval QT akibat pengaruh obat-obatan antiaritmia (misalnya
amiodaron, sotalol, dan flekainid), dan penyakit sindrom QT panjang (long QT syndrome), bradikardia berat,
dan sindrom Brugada.
Tatalaksana TDP adalah pemberian
magnesium sulfat, pemasangan pacu jantung sementara (pada keadaan bradikardia),
dan obat penyerta beta.4
Etiologi
Penyebab dari gangguan
irama jantung secara umum adalah sebagai
berikut :
- Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena
infeksi. Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya
mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada penghantaran impuls
- Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis
koroner, spasme arteri koroner, iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner
merupakan pembuluh darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika
terjadi gangguan sirkulasi koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis
sel otot jantung sehingga terjadi gangguan penghantaran impuls.
- Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti
aritmia. Obat-obat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses repolarisasi
sel otot jantung. Dosis yang berlebih akan mengubah repolarisasi sel otot
jantung sehingga terjadi gangguan irama jantung.
- Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hipokalemia). Ion
kalium menentukan potensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi
perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan
permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya potensial istirahat sel otot
jantung akan memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama
jantung.
-Gangguan
pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung.
Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat dapat memperlambat atau
menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara meninggikan konduktansi
ion kalium.
- Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan
aktivitas simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan depolarisasi
spontan.
- Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon
tiroid mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan
sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung.
- Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di
mana jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh.Pada
gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat
muncul dan terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri.
- Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan
disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-fokus
ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung.
- Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi
jantung. Sel otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi
jantung pun terganggu.1
Penyebab
dari ventrikel takikardia adalah biasanya berasosiasi dengan kelainan pada
jantung, yang meliputi:
·
Penyakit jantung koroner
·
Kardiomiopati
·
Prolaps katup mitral
·
Kelainan pada katup jantung
Penyebab
lain dari ventrikel takikardia adalah :
·
Sarcoidosis (suatu inflamasi yang
mengenai kuloit dan jaringan tubuh lainnya)
·
Medikasi/obat-obatan seperti digitalis
dan obat antiaritmia
·
Perubahan postur, exercise, emosional
(stress) atau stimulasi vagal.4
Klasifikasi Ventrikel
Takikardi
Secara
umum Ventrikel Takikardi dapat dibagi menjadi
:3
·
VT
monomorfik
VT
monomorfik memiliki kompleks QRS yang sama pada tiap denyutan dan menandakan
adanya depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama. Umumya disebabkan oleh
adanya focus atau substrat aritmia yang mudah dieliminasi dengan teknik ablasi
kateter.
Gambar.
Monomorfik tachycardia ventrikel
·
VT
polimorfik
VT
polimorfik ditandai dengan adanya kompleks QRS yang bervariasi dan menunjukkan
adanyaurutan depolarisasi yang berubah dari beberapa tempat.Biasanya VT ini
berkaitan dengan jaringan parut (scar tissue) akibat infark miokard (ischemic
VT).
Bila
VT berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained dan sebaliknya bila kurang
dari 30 detik disebut non sustained.
Berdasarkan
etiologi VT dikelompokkan menjadi:
1. VT idiopatik
- VT
idiopatik alur keluar ventrikel kanan: merupakan 90 % dari VT idiopatik. Pasien
umunya adalah perempuan muda. VT dapat dicetuskan oleh ketegangan , emosi dan
aktivitas fisik. Gambaran EKG menunjukkan suatu takikardia dengan kompleks QRS
lebar, morfologi kompleks QRS LBBB pada sadapan V1, dengan aksis kompleks QRS
kea rah inferior atau normal.
Umumnya
VT jenis ini disebabkan oleh proses automatisasi, trigerred activity, dan
takikardi dengan perantaraan siklik AMP yang dirangsang oleh saraf adrenergic
dan sensitive terhadap peningkatan kalsium intrasel. Oleh karena itu dapat
diberikan pengobatan dengan calcium channel blocker seperti verapamil.
Sedangkan pda VT jenis lain, obat ini adalah kontraindikasi. Karena salah satu
jenis VT ini dicetuskan oleh latihan/exercise maka bisa juga diberika B
blocker.Dapat diberikan metoprolol sampai dosis maksimal 2/100mg/hari. Bila
pasien masih bergejala maka dapat diberikan terapi definitive dengan ablasi
kateter
- VT
idiopatik ventrikel kiri: istilah lain untu kVT jenis ini adalah takikardi
fasikular karena adanya proses reentry pada fasikel anterior dan posterior
sebagai penyebab takikardi. Umunya diderita pada usia muda. Pada rekaman EKG
permukaan terlihat takikardia dengan morfologi kompleks QRS berbentuk blok
RBBB, dengan aksis superior. Kompleks QRS tidak begitu lebar karena focus
takikardi dekat dengan septum (lokasi jaringan konduksi normal). Terapi yang
diberikan adalah verapamil, adenosi, propanolol.Bila gagal dapat dilakukan
eliminasi dengan ablasi kateter.
2. VT pada kardiomiopati dilatasi non
iskemia
- Bundle
branch reentrant VT: VT jenis ini ditemukan sekitar 40% pada pasien
kardiomiopati dilatasi idiopatik (noniskemia) dan 6 % dri seluruh jenis VT yang
dirujuk ke lab elektrofisiologi. Secara klinis, VT jenis ini berbahaya sehingga
menyebabkan sinkop atau henti jantung. Takikardia dapat dihilangkan dengan
melakukan ablasi kateter
- Arrhytmogenic
right ventricular dysplasia ( ARVD):
kelainan ini sangat jarang, biasanya diderita oleh kelompok usia muda, dimana
terdapat infiltrasi lemak dan jaringan paru pada miokard ventrikel kanan.
Karakteristiknya adalah kompleks QRS dengan morfologi blok berkas. Tatalaksan
jenis VT ini adalah ICD (implantable cardioverter defibrilator) yang efektif
mencegah kematian jantung mendadak.
- VT
ischemia: disebabkan oleh penyakit jantung koroner seprti infark miokard akut.
Secara prognostic VT jenis ini sangat penting karena dapat menyebabkan kemtian
jantung mendadak.VT iskemia terjadi karena adanya reentry akibat adanya
jaringan parut disekitar jaringan sehat.Secara umu, semakin luas jaringan
infark semakin besar peluang terjadi reentry.VT iskemia cenderung bersifat
fatal karena dapat berdegenersi menjadi FV dan kematian mendadak. Terapi VT
iskemia umumnya adalah menggunakan obat-obatan.3
Patofisiologi
Ada
beberapa mekanisme terjadinya aritmia ventrikel, yaitu:
·
Automaticity terjadi karena adanya
percepatan aktivitas fase 4 dari potensial aksi jantung. Aritmia ventrikel
karena gangguan automaticity biasanya tercetus pada keadaan infark miokrd akut,
gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa dan tonus adrenergic yang
tinggi
·
Reentry merupakan mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya disebabkan oleh kelainan kronis
seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dilatasi. Jaringan parut yang
terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi
keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkui reentry. Bila sirkui ini sudah
terbentuk maka eritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan
menyebabkan kematian mendadak.
·
Triggered activity memiliki gambaran
capuran dari kedua mekanisme diatas. Mekanismenya adalah adanya kebocoran ion
positif ked lam sel sehingga terjadi lonjakan potensial pada akhir fase 3 atau
awal fase 4 dari potensial aksi jantung.3
Manifestasi klinik
Pasien
dengan VT dapat menunjukkan manifestasi klinik yang merupakan dampak dari
gangguan hemodinamik yang signifikan dan aritmia yang terjadi yaitu berupa
dispneu, angina, hipotensi, oliguria, dan sinkop.
Jika
laju ventrikel <160/menit, pasien mungkin tidak menunjukkan gejala atau
gejala yang ringan
seperti kelelahan dan pusing. Simptom yang berat terjadi saat diakibatkan oleh
infark miokard.5
Komplikasi
Komplikasi
yang mungkin timbul akibat adanya gangguan irama jantung adalah sinkop
(pingsan), hipo atau hipertensi, sesak napas, dan lain-lain. Namun komplikasi
yang paling buruk adalah mati mendadak dan terbentuknya trombo-emboli yang
dapat menyebabkan stroke dan gangguan pada pembuluh darah lainnya.1,3,5
Penatalaksanaan
Pada
prinsipnya, terapi bertujuan untuk :
a. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control)
b Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
c Mencegah terbentuknya bekuan darah.1
a. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control)
b Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
c Mencegah terbentuknya bekuan darah.1
Penatalaksanaan
pada keadaan akut
Bila
keadaan hemodinamik stabil, terminasi VT dilakukan dengan pemberian obat-obatan
secara intravena seperti amiodaron, lidokain, dan prokaiamid.Dua obat yang
pertama tersedia di Indonesia.Amiodaron dan prokainamid lebih unggul daripada
lidokain.
Amiodaron
dapat diberikan dengan dosis pembebanan (loading dose) 15 mg/menit diberikan
dalam 10 menit dan diikuti dengan infuse kontinu 1 mg/menit selama 6 jam, dan
dosis pemeliharaan 0,5 mg/menit dalam 18 jam berikutnya.
Bila
gagal dengan obat, dilakukan kardioversi elektrik yang dapat dimulai dengan
energy rendah (10 J dan 50 J).
Dalam
tatalaksana akut perlu dicari factor penyebab yang dapat dikoreksi seperti
iskemia, gangguan elektrolit, hkpotensi dan asidosis.
Bila
keadaan hemodinamik tidak stabil (hipotensi, syok angina, gagal jantung, dn
gejala hipoperfusi otak) maka pilihan pertama dalah kardioversi elektrik.3,5
Penatalaksanaan
Jangka panjang
Tujuan
terapi jangka panjang adalah mencegah kematian mendadak. Pada pasien dengan VT
non sustained dan bergejala dapat diberikan B blocker. Bila tidak efektiv dapt
diberikan sotalol dan amiodaron.
Pada
pasien dengan riwayat infark miokard akut dan penurunan fungsi ventrikel kiri
(fraksi ejeksi,35 %), terdapat VT yang dapat dicetuskan dan tidak dapat
dihilangkan dengan menggunkan obat-obatan, maka ICD lebih unggul dalam
menurunkan mortalitas.
Untuk
penceghan sekunder kematian mendadak (pasien yang berhasil diselamatkan dari
aritmia fatal) pada pasien pasca IMA dengan penurunan fungsi ventrikel kiri,
ICD telah terbukti lebih unggul daripada amiodaron.3,5
Pencegahan
Terapi
farmakologi dapat mencegah terjadinya rekurensi. Menurut kardioversi, pasien
harus diberikan profilaksis lidokain intravena, 1-4 mg/menit, namun jika tidak
efektif harus diberikan suplemen dengan kuinidin 0,2-0,6 g peroral 3-5
kali/hari, atau prokainamid 250-500mg peroral setiap 4 jam. Yang perlu diingat
bahwa harus dihindari penggunaan lidokain dosis besar selama periode yang lama
karena dapat menyebabkan penglihatan kabur, pusing, dan excitement.5
Prognosis
Ventrikel
takikardi/fibrilasi merupakan penyebab kematian mendadak terbanyak.Adanya
gejala-gejala awal dan fraksi ejeksi ventrikel, mungkin, merupakan penentu
prognosis terpenting. Pingsan akibat ventrikel takikardi biasanya memiliki
prognosis yang buruk.1,3,5
Kesimpulan
Pasien
dengan penurunan kesadaran dan memiliki riwayat serangan jantung menderita
ventrikel takikardia.Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis yaitu
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang perlu diperhatikan dengan seksama
untuk mengetahui penyebab penurunan kesadaran pada pasien.Pada kasus ini diagnosis
pasti ditegakkan dengan gambaran EKG pada 12 sadapan.
Ventrikel
takikardia merupakan suatu aritmia pada ventrikel yang mengakibatkan volume
sekuncup berkurang bahkan tidak ada akibat kecepatan denyut ventrikel yang
cepat yaitu 160-250 kali/menit.VT adalah duatu keadaan gawat darurat karena
kapan saja bisa terjadi mati mendadak pada pasien yang menderitanya terutama
pada pasien dengan berbagai penyakit jantung yang menyertainya seperti infark
miokard.Oleh karena itu tindakan pengobatan pada pasien VT adalah dengan
medikamentosa, ablasi kateter, dan ICD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar